ISEN.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Bank Syariah Indonesia (BSI) Hery Gunardi memperkirakan, kinerja bank syariah tahun ini masih akan positif. Walau pertumbuhannya kemungkinan tidak sebesar tahun lalu.
"Secara outlook, pembiayaan bank syariah masih akan tumbuh sekitar sembilan sampai 10 persen tahun ini. Kalau DPK (Dana Pihak Ketiga) lebih tinggi sedikit sebesar 11 sampai 12 persen," ujarnya dalam Economic Outlook 2023 di Jakarta, Selasa (28/2/2023).
Pada 2023, lanjutnya, perseroan masih akan menyalurkan pembiayaan ke berbagai sektor. "Memang kalau kita liat history-nya, tiga bank syariah milik Himbara itu awalnya bank yang tidak terlalu besar. Pada saat merger bawa best practice masing-masing, di konsumer dan ritel ada pembiayaan griya KPR, multiguna, dan kalau di syariah ada gadai emas, cicil emas, ini sudah bagus dan kuat," jelas Hery.
Berikutnya, kata dia, sebelumnya BRI Syariah pun sudah kuat di segmen Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), baik penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), maupun mikro. Kini BSI tengah berupaya perkuat segmen wholesale.
Pada kesempatan tersebut, dirinya juga membahas pengaruh kondisi ekonomi global terhadap perbankan syariah. Ia menyebutkan, suku bunga acuan global seperti di Amerika Serikat (AS) masih tinggi.
Bank Indonesia (BI) pun melakukan tindakan responsif. "Di syariah kita lihatnya, dengan tingginya suku bunga acuan ini, tentu akan tingkatkan deposit rate atau biaya dana atau bagi hasil akan meningkat," tuturnya.
Hery melanjutkan, kemungkinan margin bakal sedikit tertekan. Alasannya karena, cost of fund akan meningkat.
Sebagai informasi, sepanjang tahun lalu, BSI membukukan laba bersih Rp 4,26 triliun atau tumbuh 40,68 persen secara tahunan (yoy). Lalu aset naik 15,24 persen yoy menjadi Rp 306 triliun. Sementara, total pembiayaan BSI mencapai Rp 207,7 triliun pada 2022. Kemudian DPK mencapai Rp 261 triliun.