ISEN.ID, LONDON -- Manajer aset top dunia, BlackRock, menunjuk CEO Saudi Aramco Amin Naser sebagai direktur independen.
Naser bergabung dengan raksasa minyak negara Arab Saudi sebagai insinyur perminyakan pada 1982. Beberapa dekade kemudian pada 2019, ia memimpin penawaran umum perdana saham Aramco.
"Keahliannya di Timur Tengah akan mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh Bader Alsaad, Ketua Dewan Dana Arab untuk Pembangunan Ekonomi & Sosial, yang tidak mencalonkan diri untuk dipilih kembali di dewan BlackRock pada 2024," kata BlackRock dilansir Zawya, Selasa (18/7/2023).
BlackRock telah berusaha untuk menyeimbangkan isu perubahan iklim. Meski terus berinvestasi di perusahaan bahan bakar fosil, BlackRock juga mengadopsi rencana transisi energi.
Dalam sebuah catatan kepada klien awal bulan ini, BlackRock memperkirakan investasi tahunan rata-rata global dalam sistem energi akan melonjak menjadi 4 triliun dolar AS hingga 2050, naik dari 2,2 triliun dolar AS dalam beberapa tahun terakhir.
BlackRock, yang memiliki aset kelolaan sekitar 9,4 triliun dolar AS pada akhir Juni, telah memproyeksikan bahwa pada 2030 setidaknya tiga perempat dari investasinya akan ditempatkan pada instrumen terkait pengurangan emisi karbon.
Sementara Aramco, pada Oktober lalu meluncurkan dana keberlanjutan senilai 1,5 miliar dolar AS untuk bidang-bidang terkait penangkapan dan penyimpanan karbon, emisi gas rumah kaca, serta hidrogen, amonia, dan bahan bakar sintetis. Namun, Naser meragukan transisi energi saat ini.
"Kita perlu menyadari bahwa sektor energi alternatif saat ini belum siap untuk memikul beban berat permintaan energi yang terus meningkat. Oleh karena itu kita perlu bekerja secara paralel sampai sektor energi alternatif siap," kata dia.
Arab Saudi dan sesama negara Teluk Arab telah berusaha untuk meningkatkan kredensial hijau mereka. Riyadh pada 2021 mengatakan, Kerajaan Saudi mencapai emisi gas rumah kaca nol bersih, sebagian besar dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, pada 2060. Para ilmuwan mengatakan dunia perlu mengurangi emisi gas rumah kaca sekitar 43 persen pada 2030 dibandingkan level 2019 jika ingin mewujudkan target yang disepakati dalam Perjanjian Paris 2015.