ISEN.ID, JAKARTA -- Deputi Komisioner Pengawas Bank Pemerintah dan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bambang Widjanarko mengungkapkan governance, risk, and compliance (GRC) terintegrasi dapat menyiapkan perbankan syariah dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi. Hal tersebut mengingat berbagai tantangan yang dihadapi perbankan, khususnya perbankan syariah.
"Tentu saja bagi perbankan syariah harus beyond dari konvensional. Maka semakin berat kita untuk mempersiapkan hal itu,” kata Bambang dalam acara Seminar Nasional Asbisindo, Rabu (6/9/2023).
Bambang menyebut dengan penerapan GRC terintegrasi, industri perbankan syariah nantinya diharapkan bisa menghadapi ketidakpastian. Begitu juga dalam menghadapi risiko perbankan yang semakin kompleks di masa depan.
Dia melanjutkan, penguatan implementasi GRC terintegrasi dapat meningkatkan ketahanan dan daya saing perbankan syariah. Sebab, kata Bambang, pemerintah ingin struktur perbankan termasuk perbankan syariah di dalam negeri memiliki ketahanan, ketangguhan, dan berdaya saing.
“Perbankan syariah ini minimal kualitas layanan dan produknya sama dengan konvensional," ucap Bambang.
Dia mengharapkan nantinya perbankan syariah bisa menjadi pilihan bagi masyarakat untuk melakukan transaksi. Terlebih, Bambang menilai GRC juga memiliki dampak dan cakupan yang luas.
"Karena dampak sosial dan ekonominya, serta kaitannya dengan dana sosial saya kira itu luar biasa,” ujar Bambang.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Hery Gunardi mengatakan, perbankan syariah perlu memperkuat GRC terintegrasi. Khususnya dalam merealisasikan pertumbuhan berkelanjutan yang sesuai dengan kebijakan dan regulasi yang berlaku.
"Pasalnya, penerapan GRC terintegrasi dapat mensinergikan aspek governance structure, risk management dan compliance, serta environment, dan social," kata Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Hery Gunardi.
Hery menegaskan, penguatan penerapan GRC terintegrasi sangat penting. Hal tersebut mengingat potensi pertumbuhan perbankan syariah di Tanah Air sangat besar.
Hery mengatakan, aset perbankan syariah pada posisi Mei 2023 tumbuh sebesar 15,52 persen secara tahunan. Selain itu, pembiayaan juga mengalami pertumbuhan sebesar 20 persen dan dana pihak ketiga tumbuh sebesar 15,02 persen secara tahunan.
"Tiga pertumbuhan tersebut merupakan indikator yang menunjukkan masih besarnya potensi yang dapat dimanfaatkan oleh bank-bank syariah di Indonesia, baik BUS maupun UUS atau BPRS," jelas Hery.