ISEN.ID, JAKARTA -- Presiden Direktur PT BNP Paribas Asset Management Maya Kamdani mengungkapkan reksa dana syariah memiliki risiko yang relatif lebih terjaga, karena dana investor cuma boleh ditanamkan kepada perusahaan yang jumlah total uangnya lebih kecil daripada aset. Hal tersebut merupakan indikator dari perusahaan yang sehat.
"Ada beberapa rasio untuk debt ratio-nya juga dijaga dan minimum-nya. Itu secara tidak langsung menambahkan tambahan parameter risk management untuk investasinya. Jadi mungkin bisa jadi secara fundamental memberikan kinerja yang trade-off-nya baik," ujar Maya saat ditemui usai Peluncuran BNP Paribas DJIM Global Technology TITANS 50 Syariah di Jakarta, Selasa (13/8/2024).
Namun, terdapat keterbatasan bidang usaha penerbit instrumen syariah ‘memaksa’ reksa dana syariah untuk hanya berinvestasi pada bidang usaha yang sehat dan dapat diandalkan, seperti teknologi, komoditas, properti, infrastruktur, dan manufaktur. Sektor perbankan pun cenderung tidak ada di reksa dana syariah.
"Sementara pasar Indonesia beratnya di perbankan. Jadi yang perlu disadari investor adalah pergerakannya tidak akan mengikuti IHSG Pasti pergerakannya akan beda karena tidak ada satu perbankan yang cukup berat di IHSG itu," ungkapnya.
Untuk saat ini sektor teknologi memiliki prospek yang cukup baik saat berinvestasi dengan reksa dana syariah. Terutama, bila ingin berinvestasi dalam jangka panjang.
"Karena yang saya bilang ketergantungan orang terhadap teknologi itu nggak akan turun. Yang ada makin nambah terus. Tapi dinamikanya pasti akan ada," terangnya.
Oleh karenanya, BNP menggandeng PT Bank HSBC Indonesia meluncurkan produk reksa dana baru yang memiliki fokus investasi pada perusahaan raksasa teknologi di dunia, dengan tetap memegang prinsip investasi syariah, yaitu BNP Paribas DJIM Global Technology TITANS 50 Syariah USD (BNPP Global Tech TITANS). Maya mengungkapkan tema teknologi global melalui reksa dana indeks untuk memberikan transparansi dan mudah dipantau oleh investor, serta penyertaan konstituen yang representatif di tengah dinamika sektor teknologi.
Menurut laporan HSBC Affluent Investor Snapshot 2024, dari 500 responden investor affluent Indonesia, rata-rata memiliki 5,4 produk investasi dalam portofolio mereka. Sebanyak 57 persen dari mereka berencana untuk memperluas diversifikasi portofolio dengan berinvestasi di negara lain.
Wealth and Personal Banking Director HSBC Indonesia Lanny Hendra mengatakan, produk yang diluncurkan ini akan menjadi salah satu pilihan bagi nasabah. "Ini akan menjadi salah satu pilihan bagi nasabah kami untuk menangkap potensi pertumbuhan yang dimiliki oleh sektor teknologi global, khususnya dalam bidang kecerdasan buatan (Artificial Intelligent/AI) dan otomasi, dengan tetap berpegang pada prinsip investasi syariah," kata dia.
Adapun, nasabah HSBC Premier dapat membeli reksa dana BNPP Global Tech Titans dengan minimum penempatan dana sebesar 10 ribu dolar AS atau sekitar Rp158 juta. BNPP Global Tech TITANS me rupakan reksa dana indels saham yang menawarkan investor akses ke 50 perusahaan teknologi terbesar di dunia .
Dengan mereplikasi kinerja Indeks The Dow Jones Islamic Market Global Technology Titan 50, reksa dana ini bertujuan untuk menangkap eksposur ke sektor teknologi global yang sedang berkembang pesat. Sehingga, dapat membantu investor diversifikasi portofolio investasi mereka.