ISEN.ID, JAKARTA -- Staf Ahli Menteri bidang Jasa Keuangan dan Pasar Modal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Arief Wibisono mengungkapkan, saat ini porsi aset keuangan syariah masih rendah. Padahal dia menyebut potensi keuangan syariah di Indonesia cukup besar.
"Meskipun sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam, porsi aset keuangan syariah terhadap aset keuangan nasional masih sangat rendah hanya sebesar 10,81 persen," kata Arief dalam dalam acara Peluncuran Kajian Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (KEKSI) 2023 dan Sharia Economic and Financial Outlook (SHeFO) 2024 di Gedung BI, Senin (26/2/2024).
Meskipun begitu, Arief menuturkan saat ini industri keuangan syariah di Indonesia terus mengalami peningkatan. Per September 2023, Arief menyebut total aset keuangan syariah Indonesia tidak termasuk saham syariah mencapai Rp 2.452,57 triliun atau tumbuh 67,5 persen.
"Aset keuangan syariah ini meliputi pasar modal syariah sebesar Rp 1.457,73 triliun atau sekitar 59,44 persen, perbankan syariah sebesar Rp 831,19 triliun atau sekitar 33,92 persen, dan IKNB syariah sebesar Rp 162,85 triliun atau 6,64 persen," jelas Arief.
Sementara itu, Arief mengungkapkan marketshare industri keuangan syariah terhadap industri nasional juga terus mengalami kenaikan signifikan. Arief memerinci marketshare pasar modal syariah sebesar 20,52 persen, perbankan syariah sebesar 7,27 persen, dan IKNB syariah sebesar lima persen.
Dia menambahkan, besarnya potensi keuangan syariah Indonesia tersebut diakui secara global. Berdasarkan The Global Islamic Economic Indicator 2023 yang dirilis di Dubai, Indonesia menjadi peringkat ketiga setelah Malaysia dan Arab Saudi.
"Posisi Indonesia ini mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang berada di peringkat keempat," tutur Arief.