ISEN.ID, JAKARTA -- The Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP) telah menyetujui persyaratan kapitalisasi minimum yang dimodifikasi unit perbankan syariah pada tahun lalu. Salah satu upaya untuk mempromosikan perbankan dan keuangan Islam di Filipina adalah adanya pembentukan Dewan Pengawas Syari'ah (SSB).
Turut serta memberikan pandangan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) menghadirkan Sutan Emir Hidayat selaku Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah (INSIS) sebagai pembicara dalam Islamic Finance Training for Bangsamoro Autonomous Region in Muslim Mindanao (BARMM) yang digelar di Davao City, Filipina sejak Selasa (23/4/2024) hingga Kamis (25/4/2024).
"Alhamdulillah KNEKS dan Indonesia turut memberikan warna pada pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Filipina," ungkap Emir kepada Republika, Selasa (23/4/2024).
Tahun lalu, kata Emir, ada pelatihan Bank Sentral Filipina (BSP) untuk mengeluarkan peraturan yang membolehkan adanya unit usaha syariah di bank umum konvensional. Selain itu, sudah ada subnational government BARMM yang membawahi enam provinsi di Filipina.
Ia pun menjelaskan, pada tahun ini World Bank dan BARMM mengundang KNEKS memberikan pelatihan kepada pejabat kementerian dan lembaga yang ada di lingkup BARMM. Sementara untuk tahun lalu pelatihan keuangan syariah serupa juga telah diberikan kepada anggota parlemen BARMM.
Emir pun menekankan, pertumbuhan industri keuangan syariah global yang terus mengalami pertumbuhan baik dari tahun ke tahun. Menurutnya pertumbuhan keuangan syariah yang konstan adalah potensi yang kuat untuk pertumbuhan ekonomi ke depan.
Sebelumnya, perbankan dan keuangan Islam di Filipina menjadi sebuah industri yang tidak memiliki banyak peluang untuk berkembang karena tidak ada kejelasan. Di samping itu, karena kondisi peraturan dan hukum dan tidak ada literasi keuangan.
Padahal faktanya, Filipina merupakan pengadopsi pertama perbankan Islam dengan peluncuran Bank Amanah Filipina. Bank Islam ini didirikan oleh presiden saat itu Ferdinand Marcos pada tahun 1973 di Kota Zamboanga di Mindanao sebagai salah satu bank Islam pertama di dunia. Namun, bank tersebut tidak pernah membuat terobosan.
Kini, di bawah nama Bank Investasi Islam Al-Amanah Filipina dan sebagai anak perusahaan Bank Pembangunan milik negara Filipina. Bank ini hanya mengoperasikan sembilan cabang di selatan Muslim dengan ruang lingkup terbatas dari produk dan layanan perbankan dan investasi.
Hal ini jelas menyoroti peluang untuk menjadi pemain baru di perbankan dan keuangan Islam di Filipina. Sebab, negara ini memiliki potensi pelanggan yang dekat dengan 11 juta Muslim di selatan, yang banyak dari mereka yang dikecualikan dari atau tidak didukung oleh sistem keuangan.