Selasa 25 Jun 2024 19:15 WIB

Kinerja Keuangan Syariah Tumbuh Positif, Ini Tiga Fokus Utama Bank Indonesia

Pembiayaan oleh perbankan syariah tumbuh mencapai 14,7 persen (yoy).

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ahmad Fikri Noor
Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung.
Foto: Republika/Prayogi
Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung.

ISEN.ID,  JAKARTA -- Pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah tumbuh melampaui bank konvensional. Berdasarkan data Bank Indonesia, pembiayaan oleh perbankan syariah tumbuh mencapai 14,7 persen secara year on year (yoy) per Mei 2024. Adapun pembiayaan bank konvensional tumbuh 12,8 persen.

"Kinerja keuangan syariah seperti zakat, infak, sedekah, dan wakaf juga tumbuh positif. Bahkan inovasi yang kita lakukan dalam pengembangan Cash Waqf Linked Sukuk cukup menjadi pemenang Islamic Development Bank Prize dan kategori Integral Achievement in Islamic Economics," ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung dalam Kick Off Bulan Pembiayaan Syariah 2024 yang diikuti secara daring, Selasa (25/6/2024).

Baca Juga

Dalam kesempatan tersebut, Juda Agung juga menyampaikan saat ini terdapat tiga hal fokus utama yang dapat mendorong keuangan syariah. Pertama adalah inovasi produk digitalisasi, menurutnya sudah saatnya industri dapat melakukan inovasi-inovasi produk keuangan syariah yang menonjolkan kekhasan aspek syariah itu sendiri. Pada akhir tahun 2023, BI telah menerbitkan SUVBI atau Sukuk Valas Bank Indonesia, guna memperkuat kebijakan dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mendukung pengembangan pasar uang syariah.

"Dari sisi digitalisasi, aplikasi Satu Wakaf Indonesia yang diluncurkan tahun lalu juga Alhamdulillah mulai menunjukkan perkembangan yang mengenalkan dalam penghimpunan dana wakaf," ujarnya.

Fokus kedua adalah inklusi dan literasi keuangan syariah. Semakin tinggi inklusi dan literasi, semakin besar pula penerimaan dan penggunaan produk keuangan syariah oleh masyarakat.

"Sebagai pemerintah untuk mencapai literasi keuangan syariah sebesar 50 persen di tahun 2025, tentu tidak dapat kita capai dengan business as usual. Perlu adanya akselerasi inklusi dan literasi keuangan syariah melalui strategi edukasi yang lebih masif, consumer centric, melalui narasi dan kanal yang fit to context dan lebih ke dunia sehingga masyarakat, terutamanya kelompok milenial, semakin tertarik untuk menggunakan produk keuangan syariah," ungkapnya.

Fokus terakhir adalah perlunya inisiatif dilakukan bersama terserah secara tersendiri. Menurut Juda, ini menjadi kunci agar dampak yang dihasilkan juga akan semakin lebih besar bagi pengembangan keuangan syariah ke depan.

Sebagai wujud sinergi dengan stakeholder terkait, pada tahun ini kami memulai "kegiatan bulan pembiayaan syariah lebih awal dan lebih terstruktur melalui proyek charter antar kementerian dan lembaga serta industri untuk meningkatkan akses pembiayaan terhadap UMKM dengan menyasar sektor kreatif dan pesantren," tuturnya.

Sebelumnya, menurut survei nasional literasi dan inklusi keuangan 2023 menunjukkan bahwa pada tahun lalu terjadi peningkatan indeks literasi keuangan syariah menjadi 39,11 persen. Selain indeks literasi, indeks inklusi keuangan syariah juga mengalami peningkatan menjadi 12,88 persen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement