ISEN.ID, JAKARTA -- Meski inklusi keuangan di Indonesia semakin meningkat, akses pelaku UMKM terhadap pembiayaan, terutama melalui skema syariah, masih menjadi tantangan besar. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Badan Pusat Statistik (BPS), indeks inklusi keuangan syariah hanya mencapai 12,88 persen, jauh lebih rendah dibandingkan layanan keuangan konvensional.
Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar UMKM masih kesulitan mendapatkan akses ke pembiayaan syariah yang dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan mereka. Selain itu, survei juga mengungkap bahwa literasi keuangan syariah masyarakat Indonesia berada di angka 39,11 persen, menandakan perlunya upaya edukasi lebih lanjut agar masyarakat memahami produk dan layanan keuangan syariah secara menyeluruh.
Direktur Jenderal Islamic Development Bank Institute (IsDBI), Sami Al Suwailem, dalam acara Islamic Public Finance Role & Optimization di Jakarta Kamis (3/10/2024), menyoroti pentingnya peran UMKM dalam menggerakkan ekonomi global. Namun, dia menegaskan bahwa kendala terbesar yang dihadapi UMKM saat ini adalah sulitnya akses terhadap pembiayaan.
“UMKM sangat penting, tetapi mereka sering terkendala dalam hal pembiayaan. Skema pembagian risiko dan pembiayaan syariah bisa menjadi solusi yang efektif untuk mendorong pertumbuhan UMKM,” ujarnya.
Untuk mengatasi persoalan akses pembiayaan ini, BTPN Syariah mengambil langkah konkret dengan memperkuat inklusi keuangan bagi segmen ultra mikro. Direktur BTPN Syariah, Arif Ismail, menjelaskan bahwa bank tak hanya menyalurkan pembiayaan, tetapi juga memberikan pendampingan intensif untuk memastikan nasabah mampu bertahan dalam situasi ekonomi yang menantang.
“Kami menyalurkan pembiayaan secara selektif demi menjaga keberlangsungan bisnis. Selain itu, pendampingan terus diperkuat oleh #bankirpemberdaya untuk membangun empat perilaku unggul nasabah: Berani Berusaha, Disiplin, Kerja Keras, dan Solidaritas,” jelas Arif beberapa waktu lalu.
Sebagai bentuk apresiasi, BTPN Syariah memberikan penghargaan kepada 10 sentra inspiratif yang berhasil membangun solidaritas melalui program umrah satu pesawat. Bank juga menjalankan program Bestee (Berdaya Bersama Sahabat Tepat Indonesia), yang memberikan pendampingan intensif kepada nasabah yang terus tumbuh melalui kolaborasi dengan mahasiswa.
Di tengah tantangan ekonomi yang terus meningkat, BTPN Syariah berhasil mencatatkan kinerja keuangan yang mengesankan. Hingga akhir Juni 2024, bank ini meraih laba bersih sebesar Rp552 miliar, dengan total pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp10,44 triliun. Bank juga mempertahankan rasio keuangan yang sehat, dengan ROA sebesar 6,6 persen dan CAR sebesar 50,1 persen.
Langkah-langkah strategis ini tak hanya membantu UMKM mendapatkan akses pembiayaan yang lebih baik, tetapi juga memastikan keberlanjutan bisnis mereka di tengah tantangan ekonomi global. BTPN Syariah berharap, dengan memperkuat inklusi dan literasi keuangan syariah, UMKM Indonesia dapat berkembang lebih pesat dan ikut berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.