ISEN.ID, KABUPATEN BOGOR -- Pengembangan asuransi jiwa syariah di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan. Padahal dari sisi peluang, potensinya cukup besar melihat Indonesia merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia.
Chief Financial Officer Prudential Syariah Paul Setio Kartono membenarkan hal tersebut. Menurutnya, potensi yang besar bukan hanya berasal dari kalangan Muslim, tetapi juga nonmuslim.
"Pada dasarnya syariah bukan hanya label tetapi sebuah konsep yang bisa digunakan oleh semua kalangan," jelas Paul dalam acara Workshop Jurnalis, Kamis (16/2/2023).
Paul melihat, faktor utama yang menjadi tantangan yaitu tingkat literasi asuransi syariah yang rendah. Saat ini literasi asuransi syariah masih di bawah empat persen, jauh lebih kecil dari tingkat literasi asuransi pada umumnya.
Umat Muslim bahkan masih memilih asuransi jiwa konvensional dibandingkan asuransi syariah. Paul mengakui hal tersebut lantaran asuransi konvensional memiliki ukuran aset yang lebih besar dibanding asuransi syariah.
Tantangan lainnya yaitu dari sisi sumber daya manusia (SDM). Menurut Paul, program edukasi keuangan syariah yang tersedia belum sesuai dengan kemampuan yang dibutuhkan industri.
"Mayoritas sumber daya manusia di industri asuransi jiwa syariah juga banyak yang berasal dari latar belakang keuangan nonsyariah," ujar Paul.
Di samping itu, lanjut Paul, regulasi dan fatwa mengenai keragaman produk asuransi syariah masih terbatas. Ragam produk investasi syariah juga sangat terbatas baik di dalam maupun luar negeri sehingga imbal hasil yang ditawarkan kurang menarik.