ISEN.ID, JAKARTA -- PT BFI Finance Indonesia Tbk atau BFI Finance (BFIN) meyakini bisnis syariah akan bertumbuh positif di tahun-tahun mendatang. Hingga September 2023, pertumbuhan pembiayaan syariah di BFI Finance telah mencapai 35 persen.
Direktur BFI Finance Sutadi optimistis pembiayaan syariah akan terus mencatatkan peningkatan di akhir 2023. "Kami perkirakan sampai akhir tahun bisnis syariah bisa memberikan kontribusi sampai Rp 400 miliar," kata Sutadi, Rabu (22/11/2023).
Sutadi mengakui porsi pembiayaan syariah terhadap total portofolio BFI Finance memang masih sangat kecil yakni hanya dua persen. Meski demikian, Sutadi melihat potensi pertumbuhan di bisnis syariah masih cukup baik ke depannya.
Untuk meningkatkan pertumbuhan di bisnis syariah, menurut Sutadi, BFI Finance saat ini masih fokus kepada transaksi jual beli berkonsep syariah. BFI Finance juga membidik beberapa dealer tertentu yang memang hanya menyediakan produk-produk syariah.
Secara umum, BFI Finance mencatatkan nilai pembiayaan baru mencapai Rp 14,5 triliun. Angka tersebut meningkat 5,3 persen dibandingkan periode yang sama di 2022. Secara kuartalan, nilai pembiayaan baru di kuartal III 2023 meningkat 4,3 persen dari kuartal sebelumnya.
Portofolio produk masih didominasi oleh pembiayaan dengan agunan kendaraan bermotor (roda empat dan roda dua) sebesar 65,1 persen. Pembiayaan dengan jaminan invoice alat berat dan mesin mengambil porsi sebesar 14,3 persen.
Produk jaminan sertifikat rumah/ruko mengambil bagian sebesar 4,2 persen. Kemudian pembiayaan untuk pembelian unit kendaraan roda empat bekas dan baru komposisi pembiayaannya 12,8 persen, serta pembiayaan berbasis akad syariah dan lainnya yang menempati porsi 3,6 persen.
BFI Finance juga telah mengucurkan pembiayaan modal usaha untuk konsumen senilai Rp 8,8 triliun atau setara dengan 60,9 persen dari keseluruhan total pembiayaan baru selama Januari hingga September. Sisanya adalah pembiayaan multiguna 21,3 persen, pembiayaan investasi bagi konsumen pelaku usaha 15,8 persen, dan pembiayaan syariah 2,0 persen.