ISEN.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Pemerintah Indonesia menerbitkan sukuk ritel hijau senilai Rp 21,8 triliun sejak 2019 hingga 2022 dalam rangka mengatasi perubahan iklim. Selain sukuk ritel, Indonesia juga menerbitkan sukuk hijau global mencapai 5 miliar dolar AS sejak 2018 hingga 2022.
"Kita juga mengembangkan instrumen fiskal dan keuangan di dalam rangka mengatasi isu climate change, salah satunya adalah dalam bentuk instrumen green bond atau juga yang kita combine dengan sukuk atau sharia based instrument," kata Sri Mulyani di Jakarta, Senin (27/11/2023).
Dalam acara World Bank yang bertemakan Climate Change and Indonesia's Future: An Intergenerational Dialogue itu, Menkeu menuturkan, penerbitan sukuk hijau tersebut mampu mengurangi emisi hingga sekitar 10,5 juta ton CO2e.
Adapun rinciannya yakni 5,7 juta ton setara karbon dioksida (CO2e) pada 2018, 3,2 juta ton CO2e pada 2019, 1,4 juta ton CO2e pada 2020 dan 202.674 ton CO2e pada 2021, sehingga total mencapai sekitar 10,5 juta ton CO2e.
Selain itu, Indonesia juga meluncurkan SDG Indonesia One sebagai sebuah platform kerja sama pendanaan terintegrasi untuk mendukung pembangunan infrastruktur beriorientasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).
Nilai komitmen pendanaan dalam platform pendanaan terintegrasi SDG Indonesia One (SIO) sampai Oktober 2019 tercatat sebesar 3,05 miliar dolar AS atau setara Rp 42,8 triliun. Selanjutnya, Indonesia juga bekerja dan mendapatkan Green Climate Fund (GCF), dana khusus terbesar di dunia yang membantu negara-negara berkembang mengurangi emisi rumah kaca dan meningkatkan kemampuan untuk menanggapi perubahan iklim, sampai 486.314 juta dolar AS.
Dalam postur Green Climate Fund, equity financing mencapai sekitar 23 persen, pinjaman (loan) sebesar 26 persen, dan hibah sebanyak 35 persen. "Ada instrumen-instrumen yang akan terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan climate change," ujarnya.
Upaya-upaya tersebut menunjukkan Indonesia sangat berkomitmen dan bertindak nyata mengatasi perubahan iklim dengan aktif melakukan aksi-aksi iklim baik dengan upaya sendiri maupun melalui kemitraan atau kolaborasi.