ISEN.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyebut penerapan gaya hidup halal (halal lifestyle) pada skala yang lebih luas bisa memberikan dampak positif bagi perekonomian tidak hanya di Jakarta tetapi juga Indonesia.
"Gaya hidup halal berdampak ekonomi kalau bisa membuka usaha. Kemudian dari usaha kecil bisa naik jadi besar. Selanjutnya kegiatan usahanya naik jadi berorientasi ekspor," kata Asisten Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia Yuri Fathia Zumara dalam acara daring bertema "Upaya Peningkatan Halal Lifestyle" yang disiarkan laman YouTube Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Rabu (11/7/2024).
Gaya hidup halal yakni menyandarkan pilihan berdasarkan syariat Islam baik dalam memperoleh, memilih, mengonsumsi maupun memanfaatkan barang dan jasa. Penerapannya pun meliputi konsumsi makanan dan minuman halal; lalu tren busana sopan, menutup aurat dan tidak merusak lingkungan; menggunakan jasa keuangan komersial sesuai prinsip syariah; konsumsi obat-obatan serta kosmetik halal.
Saat ini, gaya hidup halal sudah menjadi tren dan menjadi lahan bisnis, mengingat dari sisi jumlah, total penduduk Muslim dunia cukup tinggi. Selain itu, generasi masa kini lebih pemilih sehingga menjadikan gaya hidup halal sebagai referensi.
Menurut Yuri, kota Jakarta potensial sebagai wilayah untuk mengembangkan penerapan gaya hidup halal karena ekosistemnya sudah terbentuk. Pemerintah, sambung dia, hanya perlu membenahi ekosistem ini saja.
"Dari sisi usaha, sudah berkembang. Misalnya hotel pakai istilah hotel syariah. Adaptasi dan penerimaan orang di Jakarta sudah cukup tinggi. Sudah sangat nyaman (convenient) untuk mencirikan adanya halal lifestyle di Jakarta," ujar dia.
Yuri mengatakan BI memegang peranan sebagai regulator, akselerator, dan inisiator dalam pengembangan ekonomi keuangan syariah di Indonesia, termasuk gaya hidup halal yang permintaannya semakin tinggi.
Di sisi lain, masyarakat memiliki peranan dalam ekosistem halal dimulai dari kesadaran terkait gaya hidup halal kemudian memilih produk halal.
"Pilihan itu membawa kita pada hidup yang lebih berkualitas. Di sisi lain pilihan itu akan menimbulkan demand, kalau ada supply sudah ekonomi kita bergerak. Kalau di dalam negeri sudah terpenuhi, kita bisa ekspor, ada pendapatan untuk negara kita," demikian kata dia.