Pada Agustus 2021, Mesir meratifikasi undang-undang sukuknya yang memungkinkan entitas menerbitkan sukuk lokal atau internasional.
Profesor keuangan di Universitas Inggris di Mesir Rania Abdelfattah mengatakan, telah melihat penerbitan sukuk perusahaan mata uang lokal.
"Penerbitan ini telah berhasil disusun oleh bank investasi besar di Mesir seperti EFG Hermes. Saya tidak melihat kesibukan korporasi Mesir yang menerbitkan sukuk karena entitas ini selain pemerintah jarang menerbitkan obligasi di pasar internasional," tuturnya.
Seorang bankir asal utang Islam yang berbasis di Uni Emirat Arab (UEA) mengatakan, sangat tidak mungkin emiten Mesir lainnya akan memasuki pasar sukuk internasional dalam waktu dekat.
“Tidak ada pasar untuk level mana pun di bawah kedaulatan, ini sangat mirip dengan Turki. Tak satu pun dari perusahaan atau lembaga keuangan bisa mendapatkan kesepakatan selain berdaulat," jelas dia.
Selain sukuk, Bursa Mesir (EGX) atau bursa saham negara itu, sedang mengembangkan indeks Islam baru. Indeks baru akan menawarkan investor dan akses dana ke saham-saham khusus yang sesuai dengan Syariah di EGX. Ketua EGX Rami El Dokany, menegaskan kembali komitmen ini pada konferensi baru-baru ini pada akhir Februari.
Indeks Syariah EGX baru akan bergabung dengan semakin banyak indeks Islam yang melacak ekuitas regional dan global serta kelas aset lainnya. Indeks Islam global yang paling terkenal termasuk indeks Dow Jones Islamic Market dan MSCI World Islamic Index.
Baca juga: Perang Mahadahsyat akan Terjadi Jelang Turunnya Nabi Isa Pertanda Kiamat Besar?
Saat ini, S&P Egypt BMI Shariah menawarkan versi yang sesuai Syariah dari S&P Egypt BMI, tolok ukur berbasis luas yang mencakup saham Mesir berkapitalisasi besar, menengah, dan kecil.
“Pengembangan indeks Syariah merupakan bagian dari inisiatif saat ini untuk meningkatkan sektor keuangan. EGX juga berupaya meningkatkan kesadaran finansial kepada publik tentang investasi di pasar modal," jelas dia.
Menurut Presiden Asosiasi Keuangan Islam Mesir Mohamed Al Beltagy, kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang produk Islam dan perbedaannya dari keuangan konvensional menjadi salah satu tantangan utama yang dihadapi industri ini.
Dia mengutip kurangnya infrastruktur hukum perbankan Islam spesifik jika dibandingkan dengan pasar yang lebih matang seperti UEA, Kuwait, Arab Saudi, Qatar, Oman, dan bahkan Sudan sebagai tantangan lain.