Ekonomi Islam dan pembangunan keberlanjutan
Lebih lanjut, Habib mengorelasikan konsep ekonomi Islam dengan pembangunan berkelanjutan dalam hal lingkungan. Menurut sejumlah ulama, aspek lingkungan masuk di dalam maqashid.
“Saya pikir perspektif Yusuf Qardhawi lingkungan memengaruhi semua lima maqashid yang terkait dengan manusia, dan dengan demikian perlindungan lingkungan menjadi aspek penting dari sistem ekonomi Islam,” kata dia.
Habib menyebut, dalam buku Yusuf Qardhawi mengenai etika lingkungan, disebutkan bahwa ketika bicara tentang agen ekonomi dalam sistem ekonomi Islam, mereka menjadi apa yang disebut dengan homo islamicus, manusia diutus sebagai khalifah. Konsep khalifah sendiri diketahui merupakan pengelola, tidak hanya mengelola masyarakat, tetapi juga sumber daya alam (SDA).
“Jadi menurut saya, dalam beberapa hal, inilah kerangka konseptual yang bis akita peroleh dari maqashid dalam konteks sistem ekonomi Islam. Fokus sistem ekonomi Islam adalah pengembangan manusia, baik sebagai tujuan maupun sebagai masukan,” tuturnya.
Lebih lanjut, Habib mengatakan sebenarnya ada kemiripan antara kapitalisme dan sistem ekonomi syariah, yakni pada sistem modalnya. Namun, yang paling membedakan antara keduanya adalah adanya pertimbangan etika dimana pelaku ekonomi syariah bertindak sebagai khalifah.
“Untuk memiliki sistem yang berkelanjutan, etis, dan inklusif, kita harus menyertakan etika agama. Sekarang, implikasinya di sini ialah bahwa jika Anda memiliki sistem ekonomi yang tidak menyertakan etika, dan hanya berfokus pada maksimalisasi keuntungan, kita tidak akan mampu memiliki pembangunan berkelanjutan,” tegasnya.