Pusat ekonomi syariah dunia
Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat ekonomi syariah dunia. Potensi ini semakin kuat dengan keterlibatan Indonesia dalam berbagai organisasi ekonomi Islam yang berperan penting dalam perdagangan dan keuangan global.
Salah satunya adalah Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), yang mencakup negara-negara dengan total Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 8,9 triliun dolar AS atau setara dengan Rp 1.379.500 triliun pada 2023, berkontribusi sebesar 8,5 persen terhadap PDB global.
Selain itu, Indonesia juga tergabung dalam Developing 8 Countries (D-8), bersama Bangladesh, Mesir, Iran, Malaysia, Nigeria, Pakistan, dan Turki, yang secara kolektif memiliki total PDB senilai 4,92 triliun dolar AS atau setara dengan Rp 762.600 triliun. Lebih lanjut, Indonesia baru saja bergabung dengan BRICS, sebuah kelompok ekonomi yang kini menguasai 29 persen PDB global dan mendominasi 40 persen produksi serta ekspor minyak dunia.
Total PDB BRICS sendiri mencapai 28,8 triliun dolar AS atau setara dengan Rp 4.464.000 triliun. Partisipasi ini memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk memperluas akses pasar dan investasi di sektor ekonomi syariah.
Indonesia juga sedang dalam proses aksesi menjadi anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), yang terdiri dari 38 negara dengan total 60 persen dari nilai perdagangan dan PDB global. Bergabungnya Indonesia dengan OECD diharapkan dapat meningkatkan daya saing ekonomi syariah nasional di tingkat internasional.
Di dalam negeri, sektor keuangan syariah Indonesia juga menunjukkan perkembangan positif. Pasar modal syariah terus menguat, tercermin dari Indeks Saham Syariah (ISSI) yang meningkat sebesar 1,41 persen year-to-date, dengan lebih dari 55,33 persen saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia merupakan saham syariah. Penerbitan sukuk juga mengalami pertumbuhan signifikan, dengan total nilai mencapai Rp 1.627,68 triliun atau setara dengan 20,8 persen dari total obligasi negara.
Dari sektor perbankan, pembiayaan syariah tumbuh 11,26 persen secara tahunan (year-on-year), mengungguli pertumbuhan perbankan konvensional yang hanya mencapai 10,79 persen. Namun, meskipun mengalami kemajuan, masih terdapat tantangan yang harus diatasi. Pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia baru mencapai 7,45 persen, hanya mengalami kenaikan tipis dari 7,44 persen pada tahun sebelumnya. Selain itu, ekosistem halal juga perlu diperkuat, mencakup industri makanan, kosmetik, farmasi, serta rantai pasok yang sesuai dengan prinsip syariah agar lebih kompetitif di pasar domestik maupun global.